Ridwan Saidi berpendapat Prasasti Kota Kapur berbahasa Armenia ???
Akeolog Dari Balai Arkeologi Sumatra Selatan Retno Purwati berpendapat bahwa itu karena Ridwan Saidi tidak bisa baca Pallawa.
Transliterasi Kota Kapur
Siddha
titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan
tandrun luah makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah
kayet ni humpa unai tunai.
Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata
mahardika sannidhana. manraksa yan kadatuan çrivijaya. kita tuvi tandrun
luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.
paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun.
Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din
drohaka. tida ya.
Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan
diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya
sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi-
jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan
vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila. mantra gada
visaprayoga. udu tuwa. tamval.
Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha.
pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan
sumpah talu muah ya mulam yam manu-
ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah
talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy
aku, dhava vua-
tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy
aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan
gotrasantanana.
Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka çrivijaya.
Terjemahan
Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)
Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan
melindungi Kadātuan Śrīwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang
mengawali permulaan segala sumpah !
Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadātuan
ini akan ada orang yang memberontak yang bersekongkol dengan para
pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata
pemberontak;
yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang
tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku
perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk
melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu
Śrīwijaya, dan biar mereka
dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua
perbuatannya yang jahat; seperti mengganggu:ketenteraman jiwa orang,
membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun,
memakai racun upas dan tuba, ganja,
saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan
sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam
mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka
mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang
supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini,
mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh,
pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar
pelaku perbuatan tersebut
mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya
dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga
usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya
dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari
bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka
608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi),
pada saat itulah
kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala
tentara Śrīwijaya baru berangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak
takluk kepada Śrīwijaya.